Rabu, 26 Februari 2014

Tangisan Hujan


Tahukah engkau betapa sakitnya hati ini?”
Saat kuingin menemuimu, engkau menghindar dariku..”
Seakan kehadiranku tak pernah punya arti dan tidak mendapat tempat dihati.”

Jika engkau berpikir aku datang kepadamu dengan mudahnya, pikirkan hal ini;
Tahukah engkau derasnya hujan tak menghalangiku untuk mencari?
Tidak sadarkah engkau betapa jauhnya jarak yang kulalui, bahkan tempat ini asing bagiku; namun kuteguhkan hati dan terus mencari..”

Jika engkau pikir bukan demi cintaku padamu dan kesetiaan yang besar akan kisah kita..”
Mungkinkah aku berdiri di tempat ini.., saat ini?”
Sungguh sikapmu yang dingin membuat hatiku remuk dan membeku seketika..”

Mungkin engkau tak bisa melihat bulir air mata yang menggenangi mataku..”
Tertutupi oleh bulir-bulir hujan, tercampur rapi dalam kepedihan dan badan yang menggigil.
Semua itu tak engkau ketahui, karena engkau tak ambil pusing akan pedihnya hati ini.

Hingga aku berpaling.., engkau tak jua perduli dan mengucapkan salam.”
Sebuah penolakan nyata yang memaksaku mengundurkan diri dan pulang.
Pulang dengan sejuta kepedihan yang tak lagi terperi oleh kata-kata yang paling tragis..”

Hingga aku membalikkan badan, dan disitulah semua tak lagi tertahan..”
Untuk menjatuhkan segumpal air mata dan terisak sepuas hati, membelakangimu..”
Mengalir.., membasahi pipi yang telah dingin dan menggigil sedari tadi.

Satu hal.."
Hanya satu hal yang harus engkau ketahui, teriakku dalam hati."

Aku menerima semua ini, tanpa rasa benci dan dendam di hati.
Karena lagi-lagi CINTA ini membuatku bertahan.
Meski dalam tangis.., ditengah rintikan hujan ini.."

1 komentar: